Friday, December 22, 2006

Pertanyaan ku

Kapan ya terakhir aku bercinta dengan suami ku?
Kapan ya terakhir aku bisa bermesraan dengan suami ku?
Kapan ya terakhir aku melepas cincin kawin ku?

Lah, aku lupa. Mungkin sebulan yang lalu?
Atau mungkin sebelum aku duduk di pelaminan?

Ah segalanya berlalu begitu cepat, hingga aku sudah cepat bisa melupakan semua ini, ataukah sebenarnya aku tidak boleh melupakan semua ini?

Yang bisa aku ingat adalah beberapa pertanyaan dan jawaban nya.

Ketika aku bertanya,
Mengapa sudah lama sekali kamu tidak menyentuhku?
Seketika itu kamu menjawab,
Belum saat nya.

Setelah beberapa lama kemudian.

Ketika aku bertanya,
Mengapa sudah lama sekali kamu tidak menyentuhku?
Seketika itu kamu menjawab,
Nanti setelah semuanya sudah berakhir.

Apa? Apa?

Seketika itu pun aku Cuma bisa terdiam. Diam, membisu, seperti debu yang beterbangan ditelan bisu nya angin malam.

Ketika aku bertanya,
Mengapa kamu lupa dengan cincinmu?
Seketika itu kamu menjawab,
Entah kemana

Ketika aku bertanya,
Mengapa kamu lupa dengan cincinmu?
Seketika itu kamu menjawab,
Entah tertinggal

Seketika itu pula, aku melepas cincinku, dan berkata.
Sudah, lupakan semua ini. Dan tinggalkan semua ini.

Tapi nampaknya, kamu tidak mengerti.
Di suatu hari yang lalu. Kamu malah bertanya dimana cincinku dan cincinmu.
Seketika itu aku menjawab,
Buat apa kamu cari cincin yang menurut mu sudah hilang dan tertinggal itu?
Tampaknya kamu bingung.

Dengan kebingungan mu, aku akhirnya mengais-ngais sisa-sisa perjuangan cincin kami. Dan aku menyerah memberikan nya padamu.
Tentu, untuk kami pakai.

Tampak nya cincin mu tak begitu betah bertengger di jari manis tangan kanan mu. Hanya dalam hitungan hari, cincinmu sudah istirahat kembali di dalam peraduannya. Tenang sepertinya. Ku simpan cincinmu, kembali bersama cincinku.

Ketika aku gundah dengan semua ini, aku coba untuk kembali pada mu.
Tapi kembali kutemukan berjuta juta pertanyaan dalam kehidupan kami.

Memang tak seperti saat mengucap janji, ternyata hampa.
Hampa sangat terasa setelah aku sadar, bahwa aku hanya seorang Istri Pajangan.

Apa yang bisa aku harapkan, setelah aku sadar bahwa aku hanya istri pajangan?

-Ungkapan seorang istri, yang menjadi vas pajangan -

No comments: